Jumat, 07 Mei 2010


VIVAnews - Dikisahkan, sekitar 4.800 tahun lalu, banjir bandang menerjang Bumi. Sebelum bencana mahadahsyat itu terjadi, Nabi Nuh -- nabi tiga agama, Islam, Kristen, dan Yahudi, diberi wahyu untuk membuat kapal besar -- demi menyelamatkan umat manusia dan mahluk Bumi lainnya.

Cerita tentang bahtera Nabi Nuh dikisah dalam berbagai buku, sejumlah film dan lain-lain. Sejumlah ahli sejarah dari berbagai negara sudah lama penasaran dengan kebenaran kisah ini.

Untuk membuktikan kebenaran cerita itulah, kelompok peneliti dari China dan Turki yang tergabung dalam 'Noah's Ark Ministries International' selama bertahun-tahun mencari sisa-sisa perahu legendaris tersebut.

Kemarin, 26 April 2010 mereka mengumumkan mereka menemukan perahu Nabi Nuh di Turki. Mereka mengklaim menemukan sisa-sisa perahu Nabi Nuh berada di ketinggian 4.000 meter di Gunung Agri atau Gunung Ararat, di Turki Timur.

Mereka bahkan mengklaim berhasil masuk ke dalam perahu itu, mengambil foto dan beberapa specimen untuk membuktikan klaim mereka.

Menurut para peneliti, specimen yang mereka ambil memiliki usia karbon 4.800 tahun, cocok dengan apa yang digambarkan dalam sejarah.

Jika klaim mereka benar, para peneliti Evangelis itu telah menemukan perahu paling terkenal dalam sejarah.

"Kami belum yakin 100 persen bahwa ini benar perahu Nuh, tapi keyakinan kami sudah 99 persen," kata salah satu anggota tim yang bertugas membuat film dokumenter, Yeung Wing, seperti dimuat laman berita Turki, National Turk, 27 April 2010.









Grup yang beranggotakan 15 orang dari Hong Kong dan Turki hadir dalam konferensi pers yang diadakan Senin 26 April 2010 lalu.

Kepada media yang hadir saat itu, mereka juga memamerkan specimen fosil kapal yang diduga perahu Nuh, berupa tambang, paku, dan pecahan kayu.

Seperti yang dijelaskan para peneliti, tambang dan paku diduga digunakan untuk menyatukan kayu-kayu hingga menjadi kapal. Tambang juga digunakan untuk mengikat hewan-hewan yang diselamatkan dari terjangan bah -- begitu juga dengan potongan kayu yang dibuat bersekat untuk menjaga keamanan hewan-hewan.

Penemuan besar ini jadi amunisi untuk mendorong pemerintah Turki mendaftarkan situs ini ke UNESCO -- agar lembaga PBB itu ikut menjaga kelestarian perahu Nuh.

Awalnya, direncananya para arkeolog akan menggali perahu itu dan memisahkannya dari gunung. Namun, hal tersebut tak mungkin dilakukan, meski nilai sejarah penemuan ini sangat tinggi.

***











Diyakini, ketika air surut, perahu Nuh berada di atas Gunung. Meski tiga agama besar mengabarkan mukjizat Nabi Nuh, tak ada penjelasan sama sekali, di mana persisnya perahu itu menyelesaikan misinya.

Sejak lama penduduk lokal Turki yang tinggal di pegunungan maupun kota-kota lain percaya bahwa perahu Nabi Nuh berada di Gunung Ararat.

Apalagi, pilot pesawat temput Turki dalam sebuah misi pemetaan NATO, mengaku melihat benda besar seperti perahu di Dogubayazit, Turki.

Pada 2006, citra satelit secara detil menunjukan benda mirip kapal yang diduga perahu Nuh itu adalah gunung yang dilapisi salju.

Beberapa ahli lain berpendapat bahwa sisa-sisa perahu Nuh menjadi bagian dari pemukiman manusia -- yang selamat dari bencana banjir bah.

Namun, peneliti yang mengklaim penemu perahu Nuh membantahnya. "Kami tak pernah menemukan ada manusia yang bermukim di ketinggian 3.500 meter dalam sejarah umat manusia."

Cuaca sangat dingin di ketinggian 4.000 meter itu oleh para penemu diyakini menjaga kondisi perahu Nuh selama ribuan tahun.

24 MARET 2010

U always there in my heart

Me and her

Pantai anyer

her

Bukit palem-Cilegon

not ever fall out of love with her.... :)
‘Benda Penghantam’ Duren Sawit Diteliti X-Ray'
Jum’at, 30 April 2010
VIVAnews - Markas Besar Polri masih meneliti temuan serpihan-serpihan berupa debu dari lokasi kejadian hantaman benda misterius di Duren Sawit. Benda yang memiliki suhu tinggi saat kejadian itu masih diteliti di laboratorium Polri.

“Kami punya alat namanya X-Ray fluoresence. Alat ini untuk mencari tahu bahan yang dikandung benda itu,” kata Kepala Departemen Balistik Metalurgi Mabes Polri, Komisaris Besar Polisi Amri Kamil, kepada VIVAnews, Jumat 30 April 2010.

Benda yang diteliti itu sudah berbentuk seperti debu. Bahkan tercampur dengan pasir-pasir dalam pot bunga yang tumpah di lokasi kejadian.

“Bendanya halus-halus. Serpihan itu sempat tercampur pasir-pasir pecahan dari pot bunga. Jadi kami pisahkan,” ujar dia.

Penelitian sementara, debu-debu atau pasir-pasir itu tidak mengandung bahan peledak. Polri masih mencari tahu apa yang dikandung dalam benda yang sedang diteliti itu.

Sebelumnya dia memperkirakan, kejadian di Duren Sawit petang kemarin itu bukanlah ledakan. Tapi hantaman benda dari langit. Saat kejadian, benda itu sempat memiliki panas yang tinggi.

“Benda-benda di sekitarnya sudah meleleh. Jaket dan gordin juga meleleh,” ujar dia. Empat rumah dilaporkan rusak atas kejadian itu. (umi)
Ledakan Duren Sawit dari Tumbukan Asteroid
Jum’at, 30 April 2010


Foto asteroid P/2010 A2 yang diambil dari Teleskop Hubble (NASA, ESA, and D. Jewitt (University of California, Los Angeles). Photo No. STScI-2010-07)


Sebelum mencapai permukaan bumi, asteroid akan menimbulkan efek kembang api.

VIVAnews – Peneliti dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Abdurrahman menyatakan ledakan hebat yang merusak salah satu rumah penduduk di Duren Sawit, Jakarta Timur, merupakan efek tumbukan benda luar angkasa asteroid.

“Dari pemeriksaan sementara, benda ini merupakan benda alami, yaitu meteorid atau asteroid. Jadi bukan benda buatan manusia seperti roket atau satelit,” kata Abdurrahman, Jumat 30 April 2010 di Jakarta.

Kendati demikian, Abdurrahman yang meneliti aktivitas matahari ini mengatakan sejauh ini belum menemukan adanya bongkahan batu atau pecahan asteroid yang berhasil menumbuk permukaan bumi itu.

“Mungkin saja benda itu sudah dibawa oleh tim Puslabfor Polri,” katanya.

Sebelum mencapai permukaan bumi, kata Abdurrahman, asteroid akan menimbulkan efek seperti seperti berkas cahaya kembang api.

Ketika asteroid berhasil mencapai bumi, kata dia, efek tumbukannya akan menimbulkan kehancuran dan melelehkan barang di sekitarnya. (hs)

Meteor Duren Sawit Mirip yang Jatuh di Bone




Jum’at, 30 April 2010

Benda yang jatuh di Duren Sawit dipastikan adalah meteor atau asteroid.

VIVAnews - Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan) memastikan benda yang jatuh di Duren Sawit adalah sejenis meteor atau pecahan asteroid. Kejadian ini mirip dengan peristiwa jatuhnya meteor di Laut Bone, Sulawesi Selatan.

“Peristiwa ini sama dengan di Bone, hanya saja ledakan meteor itu jatuh di laut. Sedangkan di sini jatuh di pemukiman,” kata Abdurrahman, peneliti Lapan bidang Matahari dan Antariksa, di Duren Sawit, Jakarta Timur, Jumat, 30 April 2010.

Menurut dia, untuk deteksi identifikasi meteor hanya bisa dipantau dari Lembaga Antariksa Amerika Serikat (NASA). Dia melanjutkan, bila itu adalah asteroid maka masyarakat tidak perlu khawatir, karena itu tidak berbahaya.

“Efek asteroid itu tidak bahaya. Hanya ada efek tumbukan saja seperti menimbulkan kehancuran dan melelhkan barang di sekitar lokasi tumbukan. Kalau meteorit itu jatuh seperti kembang api,” ujar dia.

Kendati demikian, Lapan belum menemukan bongkahan sisa-sisa meteor atau asterodi. Karena benda-benda itu sudah dibawa tim Departemen Balistik Metalurgi Mabes Polri.

“Kejadian seperti ini sama seperti di Bone, tapi kalau di sini kita belum tahu diameternya, karena tidak ada cekukan di lokasi,” kata Abdurrahman.

Seperti diketahui, meteor yang jatuh dan hilang di Laut Bone diperkirakan berdiameter 5–10 meter. Kecepatan jatuh meteor Bone sekitar 20.3 km/detik atau 73.080 km/jam.

Ledakan besar akibat meteor Bone itu dideteksi 11 stasiun pemantau nuklir. Pusat jatuhnya meteor Bone berada di sekitar lintang 4,5 LS, 120 BT, sekitar pukul 11.00 WITA pada 8 Oktober 2009. (mt)
Menristek: Tak Ada Radiasi di Duren Sawit

Jum’at, 30 April 2010



">Lokasi ledakan di Duren Sawit, Jakarta Timur


Saat ini, tim dari dua instansi juga sudah dikerahkan menuju lokasi jatuhnya benda angkasa

VIVAnews - Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata masih menunggu hasil laporan tim yang mendatangi lokasi meteorit atau asteroid yang diduga jatuh di Duren Sawit, Jakarta Timur. Suharna memastikan tidak ada radiasi yang ditimbulkan.

“Tidak berbahaya, tidak ada penambahan radiasi di lingkungan,” kata Suharna Surapranata di sela rapat dengan Wakil Presiden Boediono di Istana Wapres, Jakarta, Jumat 30 April 2010.

Saat ini, tim dari dua instansi juga sudah dikerahkan menuju lokasi jatuhnya benda angkasa itu. Dua lembaga itu yakni Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) dan Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan).

“Bapeten untuk mencari tahu apakah ada radiasi atau tidak. Lapan, untuk menyelidiki apa ini meteor atau satelit yang jatuh,” ujar menteri dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.

Kendati demikian, Suharna belum mendapat laporan akhir benda yang jatuh dan merusakkan empat rumah penduduk itu. Dia juga belum melihat langsung lokasi kejadian.

“Nanti setelah ada hasilnya, kami juga akan laporkan ke Presiden. Ini sedang dalam penelitian pihak terkait,” kata dia.

Saat ini, tim dari Lapan masih berada di lokasi kejadian. Lapan memastikan benda yang jatuh itu bukan buatan manusia, kemungkinan meteorit atau sisa tumbukan asteroid. (umi)
“Benda Itu Jatuh dari Langit, Lalu Duarr…!”

Jum’at, 30 April 2010

Kesimpulan sementara polisi, bukan tabung gas, bukan roket, juga bukan serpihan pesawat.


Lokasi ledakan di Duren Sawit, Jakarta Timur

VIVAnews – Ledakan misterius terjadi di pemukiman penduduk di Jalan Delima VI gang 2, Duren Sawit, Jakarta Timur. Belum diketahui penyebab ledakan itu.

Seorang saksi mata, Bertina Manurung, 63 tahun, mengaku sekitar pukul 16.15 dia mendengar ada suara bising. “Suara itu berasal dari langit kemudian menghantam keras rumah Pak Sudarmojo,” kata dia, Jumat 30 April 2010.

Rumah Sudarmojo hanya berjarak lima rumah dari tempat tinggal Bertina. Rumah yang kondisinya paling parah itu, paling tinggi dibanding rumah lainnya.

“Tiba-tiba meledak, duar!! mengepul asap warba hitam. Langsung banyak debu, gelap,” kata Bertina.

Diungkapkannya, saat kejadian, tidak ada api yang menyertai ledakan. Hanya terlihat asap bercampur debu mengepul.

Kesaksian Bertina dikuatkan oleh Kepala Kepolisian Resor Jakarta Timur, Komisaris Besar Hasanudin.

“Saat ini kita belum dapat menyimpulkan kejadian apa yang terjadi. Dan kalau (asalnya) gas tidak mungkin, karena tabung-tabung di tiga rumah tersebut masih bagus dan utuh,” kata dia.

Bukan juga karena hantaman roket. “Karena tak ada bau mesiu,” ungkap dia. Juga bukan serpihan pesawat, karena tak ada sisa-sisa bagian pesawat.

Disimpulkan, asal benda berasal dari luar rumah. Apakah benda luar angkasa? “Kemungkinan itu benda luar angkasa bukan buatan manusia,” jawab dia.

Saat ini, polisi sedang berkoordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk memecahkan teka-teki ini. (adi)

Sumber dari : http://metro.vivanews.com/news/

know her, I am new understands the beautiful love and loved somebody, I shall hope her that will be my alive colleague later. amen.